TUMBUH BERSAMA ALAM: PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POHON DAUN KELAPA DI SMA NEGERI 10 RAJA AMPAT
Nama Lengkap: Annisa Halimatus Sa'diyah, S.Pd.
Sekolah: SMA Negeri 10 Raja Ampat
Email: [email protected]
A. PENDAHULUAN
- Latar Belakang
SMA Negeri 10 Raja Ampat sejak awal didirikan tahun 2011 hingga saat ini masih sangat kekurangan guru dan fasilitas. Guru-guru mengajar lebih dari satu bidang studi dan harus bisa mengembangkan diri mengajar di luar kompetensi yang dikuasainya. Sebagai contoh, saya dengan latar belakang jurusan Matematika bertugas mengajar pelajaran Matematika, Sejarah Indonesia, dan Sejarah Peminatan. Sekolah harus tetap menjalankan fungsinya di tengah keterbatasan.
Sekolah ini berada di pesisir pulau, bagian kanan, kiri, dan belakang desa masih berupa hutan, lalu bagian depan berupa hamparan pasir putih pantai dengan lautan yang indah. Pohon kelapa tersebar merata hampir di setiap sudut desa ini.
Desa Urbinasopen terbilang sulit dijangkau. Tidak ada akses transportasi darat dari dan menuju kota. Satu-satunya akses transportasi adalah melalui lautan. Sayangnya, hingga saat ini tidak ada transportasi umum. Biasanya masyarakat yang berkepentingan ke kota akan membawa perahu sendiri (long boat) atau menumpang pada masyarakat lain yang kebetulan punya tujuan yang sama. Kami guru-guru pun juga hanya bisa mencari tumpangan dari dan menuju kota. Biasanya kami ke kota sekitar satu atau dua bulan sekali untuk berbelanja. Maklum, tidak ada pasar di Desa Urbinasopen. Di sini hanya ada satu dua kios kecil dengan barang dagangan yang sangat terbatas.
Tantangan terbesarnya adalah ketika musim angin, ombak besar, dan hanya perahu satu-satunya alat transportasi yang tersedia. Bisa dikatakan, taruhannya nyawa karena cuaca tidak selalu bersahabat.
Kehidupan di Desa Urbinasopen tergolong sulit. Belum ada aliran listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sementara ini masyarakat menggunakan bantuan genset per Rukun Tetangga (RT). Namun, jika ada kerusakan genset seperti yang terjadi beberapa bulan yang lalu, masyarakat berusaha masing-masing untuk mencari penerangan. Ada yang menggunakan pelita, genset pribadi, atau panel surya.
Keberadaan air bersih juga sulit didapatkan. Sumber mata air sangat jauh dari desa. Kebanyakan masyarakat menggunakan air sumur untuk keperluan sehari-hari. Ada beberapa sumur yang kandungan kapurnya rendah yang bisa digunakan untuk keperluan memasak dan konsumsi, ada pula yang kandungan kapurnya sangat pekat. Hal ini membuat sebagian masyarakat memanfaatkan air hujan untuk memasak.
Mata pencaharian masyarakat tidak begitu variatif. Mayoritas masyarakat berkebun dan mencari ikan. Terbatasnya akses transportasi dan mahalnya biaya transportasi mandiri membuat beberapa orang membantu membeli ikan dari masyarakat dan menjualnya ke kota. Hasil kebun juga tidak terlalu banyak. Kontur tanah yang berbukit, tanah subur yang jauh dari permukiman membuat kebun-kebun terancam gangguan hewan liar. Biasanya yang sering dijual masyarakat ke kota adalah kelapa muda atau kelapa tua dari kebun masing-masing atau yang lebih besar hasilnya adalah kayu besi yang kini semakin sulit didapatkan.
Bertugas di daerah yang sulit membuat guru-guru pendatang dari luar daerah berjuang sendirian. Termasuk saya yang memilih merantau sendiri jauh dari keluarga. Alasannya jelas, kondisi geografis yang sulit dijangkau, pemenuhan kebutuhan hidup yang terbatas, dan fasilitas kesehatan terbatas. Hidup jauh dari keluarga tentu berat. Namun, tanggung jawab tetap harus dilaksanakan. Setidaknya setiap libur semester saya masih bisa pulang memeluk keluarga.
- Tantangan
- Rencana Penyelesaian
Berbagai cara sudah saya coba, seperti penggunaaan Lembar Kerja Siswa (LKS), kerja kelompok, diskusi, penugasan dengan teka-teki silang, permainan, dan sebagainya. Beberapa cara ada yang efektif ada yang tidak.
Dengan kondisi lingkungan yang kaya akan potensi alam, saya berinisiatif melakukan pembelajaran berbasis lingkungan. Karjiyadi (2012) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan mengarah pada pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya.
[1]
Dari sumber portal lain[2] disebutkan bahwa, kegiatan belajar mengajar tidak hanya bisa diselenggarakan di dalam kelas, melainkan juga di luar kelas. Kini guru semakin dituntut untuk bisa memberikan metode pembelajaran yang inovatif dan bermakna bagi peserta didik sehingga mereka tidak mengalami kejenuhan dalam belajar.
Salah satu solusi untuk menghindari kejenuhan siswa tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran yang menyenangkan di luar kelas. Materi ajar tetap bisa disampaikan guru dengan mengubah suasana kelas dengan menggunakan metode belajar yang menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan rujukan tersebut, kali ini saya mencoba menggunakan media belajar dari alam untuk menunjang kegiatan belajar di luar kelas. Dalam hal ini saya mendapat dukungan dari kepala sekolah dan rekan-rekan guru untuk melibatkan siswa dalam praktek pembelajaran di luar kelas.
B. PEMBAHASAN
- Persiapan
- Daun kelapa 2 tangkai
- Tongkat kayu/ batang kayu 2 buah
- Pelaksanaan
- Hasil
C. PENUTUP
- Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/07/pembelajaran-yang-menyenangkan-di-luar-kelas-solusi-hindari-kejenuhan-siswa diakses, 2-10-2023
https://wartaguru.id/pembelajaran-berbasis-lingkungan/ diakses, 2-10-2023)
[1] https://wartaguru.id/pembelajaran-berbasis-lingkungan/ diakses, 2-10-2023
[2] (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2022/07/pembelajaran-yang-menyenangkan-di-luar-kelas-solusi-hindari-kejenuhan-siswa diakses, 2-10-2023)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar