Apa yang anda pikirkan tentang long
boat?
Long boat adalah perahu
panjang dengan mesin tempel di belakangnya. Umumnya terbuat dari papan- papan
kayu yang kuat. Long boat tidak
beratap sehingga jika menaikinya siap- siap saja basah terkena hujan atau
percikan air laut. Ukuran long boat
ada yang kecil, sedang, dan besar. Kali ini saya menaiki long boat ukuran sedang. Tingginya sekitar 0,75 meter dan
panjangnya sekitar 5 meter.
Langit cerah dan ombak tenang pada sore hari pukul 17.00 WIT di Waisai
ketika saya dan rombongan berangkat ke Kampung Urbinasopen. Pemandangan
matahari yang siap kembali ke peraduan dengan paduan birunya langit dan
segerombol awan- awan tampak indah dipandang. Laut tenang, ombak hanya kecil
saja jadi percikan ombak tidak terlalu membasahi pakaian. Saat pemberangkatan
itu, mulai menjauh dari Waisai saya dengan santainya mengambil foto- foto
pemandangan sunset dari atas long boat
di lautan. Tak jauh dari long boat
kami, tampak beberapa burung turun mencari ikan di permukaan air.
Ketika cahaya matahari meninggalkan jingganya, saat itu ombak terasa
lebih besar dari sebelumnya. Gelombang air laut terasa lebih besar hingga
percikannya semakin banyak. Saat itu saya belum menyadari ombak besar. Saya
hanya berfikir mungkin itu seperti ombak- ombak yang kemarin, hanya saja
sedikit lebih besar sehingga goyangannya lebih terasa. Semakin lama gelombang
ombak di lautan terasa semakin besar, long
boat yang kami naiki terus melaju hingga percikan air laut makin banyak.
Saya mulai merasa, ini lain dari yang kemarin. Sepanjang jalan saya berdoa
memohon perlindungan dariNya.
Cahaya matahari tak menyisakan jingganya lagi, kini bulan tampak
bersinar terang sekali. Langit tampak cerah, dengan gelombang ombak yang
semakin besar. Namun, ada sesuatu lagi di depan sana, ada awan hitam dengan
bayangan seperti garis- garis vertikal ke laut. Hujan siap menghadang kami dari
kejauhan, begitu kata salah satu rombongan kami.
Perjalanan dengan gelombang ombak yang besar sangat menantang, seru,
sekaligus menakutkan. Makin lama gelombang semakin besar. Rasa- rasanya ombak
lebih tinggi dari long boat yang kami
tumpangi, seolah- olah siap melahap kami. Bapak motoris yang mengendalikan long boat lihai mengatur arah dan
kecepatan mesin. Ketika ombak datang, long
boat diarahkan menyisir ombak menyamping untuk menghindari long boat terbalik. Kecepatan diturunkan
setiap kali akan menghadapi gelombang besar, dan dipercepat ketika gelombang
telah lewat. Sambil terus menciduk air yang masuk ke kapal, bapak motoris terus
berkonsentrasi mengendalikan long boat.
Sementara itu pakaian kami basah kuyup, tidak hanya kena percikan, tetapi
siraman air laut ketika long boat
menyibak ombak besar. Beruntung awan hitam yang tadi berada di depan kami
perlahan mulai menghilang, sehingga kami tidak bertemu hujan. Meskipun sama
saja pakaian basah semua karena air laut.
Waktu semakin malam, kami hampir sampai di kampung. Namun ombak juga
semakin besar. Apalagi saat di tepi tanjung. Ombak besar dari arah laut sama
besar dengan ombak yang kembali dari arah pulau. Jadi ombaknya dari dua arah
yang berlawanan sekaligus. Saya merasa
seolah- olah dilempar dan jatuh, berkali- kali saat long boat terombang ambing, naik turun berada di atas ombak
mengikuti gelombang ombak besar yang takmungkin diterobos long boat. Saya pikir, mungkin main ski air rasanya seperti ini
juga. Setiap kali ombak tersibak oleh long
boat kali, air laut menyiram bagian dalam kapal. Kalau melihatnya, mata
kami menjadi perih karena terkena air laut. Jadi pandangan sebaiknya diarahkan
ke belakang atau ke samping supaya lebih aman. Kadang- kadang long boat miring dan air laut masuk,
tetapi bapak motoris lincah sekali terus menciduk air yang berada di dalam long boat.
Akhirnya Kampung Urbinasopen tampak, terlihat cahaya lampu dari
kampung. Long boat mulai berjalan
pelan dan dengan ombak yang masih cukup besar, kami mulai mendarat.
Alhamdulillah perjalanan kali ini lancar. Aman dan selamat sampai di kampung.
Saat turun dari long boat
rasanya kaki saya masih bergetar, tegang karena melihat ombak yang begitu
besar. Namun ini masih belum apa- apa dibandingkan saat musim angin, begitu
kata bapak motoris. Entah bagaimana besarnya saat musim angin. Semoga saya
tidak perlu melaluinya, semoga cuaca terus bersahabat bagi kami, yang hanya
bisa melakukan perjalanan laut karena akses jalan darat belum dapat dilalui. (27 Agustus 2015)
gimana Bu di Raja Ampat? seru kah?
BalasHapusseru sekali, perjalanannya menantang.. ayo sekali waktu main- main ke raja ampat
Hapus