Hari kedua lebaran. Oto Cerita tampak padat, penuh, dan sesak. Di dalam ada berjubel penumpang saling pangku dan berdesakan di kursi masing- masing. Bahkan ada yang duduk di bawah dekat pintu, di atas, dan menggantung. Perjalanan ke pantai Paga dan Koka dimulai. Perjalanan selama 4 jam tak segan membuat isi perut meronta. Alhasil banyak penumpang mabuk dan muntah. Mantap sekali, yang tidak mabukpun ikut pusing dibuatnya. Pemandangan di luar tak terlihat jelas, tapi yang pasti seperti kebanyakan jalan- jalan di Flores di satu sisi jurang dan di sisi lain tebing. Tentu dengan liuk- liukan tajam dan pemandangan menawan.
4 jam perjalanan telah terlewati, sampailah kami di kawasan Pantai Paga. Sebelum memasuki kawasan pantai, sempat kami melihat di pinggir jalan banyak orang menjual ikan kering berjajar- jajar, seolah lidah orang yang melihatnya ikut merasakan asin saking banyaknya ikan yang terlihat. Kemudian kami mulai memasuki kawasan pantai. Kawasan wisatanya pada saat itu ditutup karena ada perbaikan atau galian apalah, kurang jelas. Akhirnya kami ambil inisiatif berwisata di daerah tanjung, masih di kawasan Pantai Paga.
Oto Cerita diparkir di bawah pepohonan asam. di sebrang jalan terlihat pantai yang biru bening dan beberapa perahu nelayan. Beberapa meter ke arah laut ada tumpukan batu- batu kecil memanjang, seperti sengaja dibuat untuk menahan ombak agar bisa dipakai menambatkan perahu nelayan. Di sisi kanan ada tebing- tebing dan bukit yang nampak bersisian dengan laut, di sebelah kiri ada rentetan beberapa pohon kelapa dan jalan di sepanjang pantai.
Pemandangan indah dan lepas ke pantai selalu nikmat dinikmati. Suasananya tenang, tidak banyak wisatawan.
Ada hal unik ketika kami berada di pantai Paga. Saya selalu berpikiran bahwa hal utama ketika berada di pantai adalah menyentuh air, maka ketika sampai di pantai saya langsung tancap menuju tepi pantai, memandang lautan lepas dengan ombaknya yang kecil dan perahu nelayan yang berjalan menjauh sambil sesekali bermain air bersama beberapa anak- anak. Namun berbeda dengan yang lainnya, tetangga- tetangga saya masih asik duduk di bawah pohon. Mungkin karena tepi pantai yang los tanpa pohon dan terik matahari yang saat itu memang panas. Saya tidak memperdulikannya untuk beberapa saat, hingga setelah saya kepanasan dan kembali ke tetangga- tetangga saya, apa yang terjadi? Ternyata mereka sibuk semua. Kesibukannya sama, mencari buah dan biji asam. Subhanallah... baru kali ini saya lihat orang berwisata ke pantai malah mencari buji asam. Bukan tanpa sebab, ternyata biji asam itu bisa dimanfaatkan sebagai salah satu bahan utama membuat kain tenun. Pantaslah mereka giat sekali mencari. Terbersitlah rasa malu, mereka sangat memikirkan nafkah dan penghasilan keluarganya. Dimanapun berada, ketika ada celah rezeki, dimanfaatkan dengan baik. Pemikiran sangat dewasa yang baru saya sadari belum ada dalam diri saya. Salut dah...
Pada saat itu, beberapa orang dengan mengendarai motor menuju ke TPI. Mereka membeli ikan untuk makan bersama. Nah, ternyata ikan di sini murah sekali. Hanya dengan 25ribu rupiah sudah dapat seember ikan tembang yang jumlahnya buanyak sekali. Ketika ikan datang, mulailah kayu- kayu dikumpulkan dan api dinyalakan. Ikan pun dibakar. Tikar telah digelar dan makanpun dimulai, makanannya adalah ketupat bekal dari rumah dengan ikan bakar dan ada pula yang membawa lauk dari rumah masing- masing. Wah, benar- benar menikmati makan bersama. Selesai santap siang, mulailah beberapa anak bermain dan mandi di laut sementara yang lain menikmati pemandangan pantai yang indah, setelah puas baru kami beranjak ke pantai Koka.
Perjalanan menuju pantai Koka tidak terlalu jauh. Dari pantai Paga kami sejenak sembahyang di mesjid dan lanjut beberapa menit sudah sampai di pantai Koka. Namun, tahukah kawan ternyata Oto tidak bisa masuk sampai kawasan patainya. Yang bisa mencapai kawasan pantai hanyalah kendaraan roda dua. Sayang sekali, penyebabnya adalah kondisi jalan yang rusak dan masih batu- batuan kasar dan tidak beraturan. Kamipun berjalan kaki menuju pantai. Tak disangka, perjalanan menuju pantai hingga 2km jauhnya. Mantap sekali rasa lelahnya. Namun, apa yang kami lihat luas biasa indahnya. Subhanallah... pemandangan pantai yang sangat indah. Di depan kami pasir putih yang luas, bersih, laut yang biru bening, di sisi kanan ada tebing- tebing menjorok ke laut, di sisi kiri pasir putih dipadu batu- batuan dan ombak yang terpecah bebatuan. Indah sekali. Tidak sia- sia rasanya perjalanan 2km tadi. Sungguh pesona yang menawan.
Di pantai Koka kami bermain- main air, berfoto dan menikmati pamandangan pantai sambil berjalan di sepanjang pantai. Tak lupa mengabadikan batu dan bukit yang berbentuk seperti burung Koka sebagai lambang utama pantai Koka.
Pukul 17.00 WITA kami baru beranjak dari pantai, dengan nafas terengah- engah kehabisan air minum menuju jalan raya. Lelah rasanya tapi senang juga, hingga lelah itu tak begitu membebani. Akhirnya kami pulang dengan senang.
Ternyata perjalanan pulang lebih lama dari perjalanan berangkat, perjalanan kami mesti tertunda oleh 2 ban oto yang pecah dan menunggu hingga tambalannya selesai. Alhamdulillah di tengah jalan yang sepi diantara hutan- hutan ada beberapa permukiman penduduk dan tentu saja bengkel. Lapar, kantuk, dan lelahpun melanda hingga malam tiba. Tapi, tahukah kawan, hal itu sama sekali tidak menyusahkan. Bahkan bahagia yang kurasa. Dapat piknik bersama- sama tetangga. Ramai- ramai saling berbagi bekal dan bakar- bakar ikan bersama, makan bersama, jalan bersama. Kebersamaan itu sungguh hangat, kebersamaan yang tak terlupakan.
20-08-12
20-08-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar