Mau Nggela, nama yang sudah sering didengar di telinga kami. Namun, hingga bulan ke-7 kami baru menginjakkan kaki ke pantai yang indah itu.
08-07-2012
Sore itu kami berlima, berbincang mengungkapkan keinginan untuk jalan- jalan, mumpung masih liburan dan ada teman- teman. Nah, setelah membujuk- bujuk tetangga kami yang biasa mancing di pantai, jadilah keputusan besok kami jalan ke Mau Nggela dengan catatan cuaca tidak hujan.
Karena telah mantap, kamipun bersiap. Kami melihat bintang- bintang bertaburan di langit yang biasanya tampak mendung. Itu cukup meyakinkan kami bahwa malam itu pasti akan terasa sangat dingin dan esok cuaca cerah. Bukan meramal, tapi biasanya seperti itu. Anggaplah sebagai karakter alam. ^^
Malam itupun kami berkutat di dapur dengan tepung, saos, kecap, dan air. Yup, kami membuat somay untuk bekal perjalanan.hehe...
Paginya...
Setelah sholat subuh, kami mulai mengamat- amati langit pagi itu. Setelah cukup yakin kamipun berangkat ke pantai. Pukul 06.30 WITA kami berangkat. Kami semua 7 orang, kami bersama dua orang tetangga kami yang biasa mancing di pantai.
Perjalanan menuju pantai sangat menyenangkan. Udara masih segar, dan jalan menurun, yang susah adalah ngerem laju perjalanan kami karena turunannya sangat tajam. Cuaca sebenarnya mendung, tetapi kami cukup yakin di pantai nanti tidak hujan.
Memasuki desa Nggela, satu hal yang langsung menarik perhatian kami adalah serentetan rumah adat. Di desa ini memang perkampungan adatnya masih asri. Rumah- rumah adat berjajar rapi dengan background bukit dan pepohonan. Cuaca juga makin cerah hingga bukit di atas tampak jelas. Pas banget untuk foto- foto...^^
Setelah cukup puas, perjalanan berlanjut melewati jalan setapak yang cukup terjal dan licin. Namun, setelah cukup lama berjalan, pemandangan di depan mata sangat memesona. Hamparan sawah, diikuti jajaran pohon kelapa, batu- batuan, karang, dan tentu saja pantai. Harmoni alam yang sangat indah.
Satu jam perjalanan kami menuju Mau Nggela. Di pantai, mulailah kami memancing dan juga foto- foto tentunya. Menikmati indah deburan ombak yang terpecah oleh karang. Beberapa diantara kami memancing belut di antara bebatuan dan ada yang memancing ikan dari ujung karang yang menjorok ke laut.
4 ekor belut kecil, seekor belut besar dan seekor ikan berhasil kami dapatkan. Kemudian ditambah dengan setandan pisang mentah dan semuanya dibakar. Makanan dinikmati di sebuah gubuk di pinggir pantai. Senang rasanya. Sungguh nikmat, apalagi dalam suasana perut yang meronta karena belum sarapan.
Kami berada di pantai hingga waktu dhuhur. Selepas sholat, kami berangkat pulang. Nah ini yang berat. Jalan yang sangat menanjak dan jauh. Fiuh... mantap sekali. Air minum pun telah habis, pas lewat mata air lupa tidak isi ulang. Akhirnya kami naik- naik ke atas hingga sampai di perkampungan dan baru minta air di salah satu rumah warga setempat yang beliaunya adalah saudara tetangga kami. Lepas sudah dahaga, dan perjalanan berlanjut.
Ketika kami sampai di jalan raya, pas sekali ada teman- teman kami naik oto lewat. Ternyata mereka baru selesai melihat- lihat rumah adat. Kamipun pulang bersama mereka. Memburu waktu sebelum hujan turun karena mendung makin menggantung. Alhamdulillah.... sampai di rumah dan hujan turun. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar